The Super Impresive Bali #2 (The End)




Sambungan dari tulisan sebelumnya yang bisa kamu baca di sini. Sekarang saya mau meneruskan perjalanan dari duapena di Bali yang sempet tertunda karena kesibukan. Well, hari kedua, kita banyak menghabiskan waktu dengan mengunjungi tempat-tempat religius plus pemandangan alam gitu. Pokoknya lebih bermakna, ciela bermakna!
Sebelumnya, pas malam kita sempet nonton pertunjukan teater gitu plus atraksi sulapnya yang juga memukau di Teater Kuta. Yang bikin saya salut itu, penarinya mahir nari segala macam tarian. Dari mulai tari khas Bali, modern sampai yang kebarat-baratan mirip film step-up dia bisa. Keren kan? Makanya kita sempetin foto penarinya dulu, hihi. 

Bersama salah satu penari
Magiciannya kayak serem padahal kocak 
When the world gets dark, the beauty starts (arturo illusion)
Mengawali hari kedua, kita malah nemu trouble. Jadi saya dan suami sudah sewa mobil untuk berangkat ke beberapa tempat dari mulai pukul 08.00 (memperkirakan jarak tempat wisata jauh) dari hotel, ternyata eh ternyata, pak sopir yang mau jemput kita malah nyasar ke daerah Legian bukan ke hotel kita. Yaah, penonton kecewa, kita pun sama. Alhasil, karena kesal sudah nunggu dari jam 08.00 sampai jam 10.30, suami saya langsung nge-cancel sewa mobil itu. Kita mikir ulang, kira-kira perjalanan kita mau diterusin kemana, apa harus sewa mobil lagi.


Sempet bingung juga sih, jalan tanpa tujuan gitu keliling kota. Tapi saya pikir malah akan membuang-buang waktu kami yang singkat di Bali. So, kita minta bantuan sama resepsionis hotel buat sewa mobil lagi, dan berhasil! Jam 11.00 kitalangsung berangkat menuju tempat pembuatan batik dan tenun Bali. Setelah tanya-tanya sama pengrajinnya, kok saya jadi salut gitu ya. Satu kain batik itu pengerjaannya bisa sampai 3-5 hari, dan itu melalui sekitar 7 proses. Dari mulai pola gambar sederhana, dilapisi lilin, dan seterusnya (saya lupa lagi). Oh iya, tenun khas Bali juga nggak kalah memukau. Tapi proses pengerjaannya memang masih sangat sederhana.

Pengrajin Batik
Alat-alat untuk membatik
Tenun Bali
Tidak lama mengunjungi galeri batik, kita langsung berangkat ke Ubud. Banyak Bule yang norak deh, masa sampai turun ke sawah demi berfoto. Padahal sawahnya lagi kering, pokoknya nggak ada indah-indahnya. Padahal kalo sawah yang lebih indah sih banyak di kampung saya, hehe (promosi). Di Ubud kita sempet mampir ke galeri lukisan. Banyak lukisan yang bikin serem deh, jadi, mengeksplorasi tubuh kaum hawa gitu. Saya nutupin mata suami dia ngintip mulu, astagfirullah (becanda). Kita nggak niat beli sih, saya pribadi kurang interest sama lukisan, sukanya sama fotografi. Pas tanya-tanya sama penjualnya, harga paling mahal dari lukisan yang ada di sana dibandrol seharga 36 juta. Mantap kan. Tapi paling murah, ada juga yang cuma 100 ribuan. Di Bali memang gerbongnya para seniman. Seni pahat, seni tari, seni lukis, komplit pokoknya.
Well, jalan semakin ke atas dan mulai menanjak. Ternyata kita memang akan naik gunung untuk mengunjungi Kintamani! Iiih suka deh sama tempat wisata satu ini. Berasa damai gitu, udaranya yang dingin, pemandangan yang amazing, gunung dan danaunya perfect pokoknya. Subhanallah ya, saya tak henti mentafakuri keindahan alam ini. Oh iya, untuk ke Kintamani, kita perlu bayar tiket masuk seharga 15.000 rupiah/org (untuk turis domestik).
Sebenarnya saat itu kita nggak ngerasa begitu lapar, tapi akhirnya makan juga di resto yang deket tebing. Makanannya? Karena nggak tercantum lebel halal, kita jadi pilih makan sayuran aja. Tapi untungnya dessert nya aduhai, enak alhamdulillah. Tapi memang karena kita sampai udah agak sore, alhasil restomau tutup dan kita adalah tamu terakhir! Tapi dari sana kita bisa memandangi keindahan gunung dan danau Kintamani. Waiters nya juga ramah, kita malah ditawari untuk foto berdua sama dia. So sweet ya.

Kintamani
Disangka orang Malaysia karena papa pake baju Langkawi, hihi
Satu lagi tempat wisata yang kita kunjungi sebelum magrib. Yakni tampak siring! Uniknya di sebelah atas tempat peribadatan ini terdapat villa yang dulunya dipakai Presiden pertama RI, yup Pak Soekarno. Villa nya masih oke punya, dan katanya kadang suka open house juga buat umum. Sayang pas kita kesana gerbangnya masih digembok.

Istana presiden
 Well, ada kejadian yang aneh sewaktu kami mengunjungi tempat ini. Dalam papan pengumuman, peraturannya tidak boleh masuk bagi wanita yang sedang haid. Kebetulan saat itu saya sedang datang bulan, tapi suami maksa saya buat masuk. Alhasil? Tiba-tiba saya mual, pusing bukan main dan hampir pingsan. Lalu suami panik dan langsung membawa saya keluar tempat peribadatan. Anehnya, saya langsung sembuh dan baik-baik aja. Nggak tahu sih ya gimana caranya bisa kayak gitu, hanya Allah yang tahu. Tapi satu yang pasti, saat kita masuk kedalam satu tempat, minimal hormati peraturan atau hukum yang ada. Inilah hikmah yang saya ambil dari kejadian itu.



berasa prewed ckck
The rules are...
Ada satu tempat khusus di tampak siring yang biasa dipakai orang untuk mandi secara bersamaan (tapi pake baju kok). Cuma memang peraturannya kalau masuk harus memakai sarung gitu. Katanya, air di sana dipercaya orang sekitar merupakan air suci yang multimanfaat. Selain itu, ada juga tempat untuk bertapa bagi umat hindu untuk beribadah. Terus yang unik dan khas banget yaitu banyaknya sesajen yang diletakan disamping kolam pemandian, dan siapa saja boleh menyimpan uang berapapun nilainya, semacam sedekah gitu. Terus saya gimana? Lah saya kan muslim, jadi maaf nggak bisa ikut yang begituan. Saya cukup tahu saja. Senang rasanya bisa mengenal lebih dekat budaya dan tradisi orang yang berbeda dengan kita.

Pemandian tirta empul
Father and Son
Sesajen hindu (Yadna)
Berakhirlah hari kedua di Bali. Back to hotel, mandi, selonjoran berdua sambil nonton TV terus ketiduran. Capek tapi seneng ya.

Hari ketiga!
            Masih seperti hari kedua, yang kita kunjungi di hari ketiga adalah tempat peribadatan (pura) dan pemandangan alam. Pilihan pertama adalah Taman Ayun Mengwi. Guess what? masyaAllah, tempatnya super rapi, bersih dan nyaman. Ada danau, padang rumput, dan pura yang mirip pagoda. Terpukau sekali saya di sini. Terutama bentuk pura nya yang mirip pagoda nya orang cina.  

Pura Taman Ayun Mengwi
Behind pura
Cukup lama di pura Taman Ayun Mengwi, sampai ada orang jerman yang minat motoin kita berdua, kita pindah tempat ke suasana alam yang lebih dingin. Yaitu Danu Beratan Bedugul. Ini terkenal sekali. Karena uniknya, puranya berada di atas danau. Tiket masuknya jangan lupa, 20.000,- aja.

Pura Danu Beratan Bedugul
 Berangkat dari bedugul, kita mampir ke tempat yang masih belum jauh dari situ, yakni Eka Karya Botanical Garden. Mungkin kalau di Bogor semacam Kebun Raya atau Cibodas. Sama-sama indah dan menenangkan. Cocok deh buat piknik. Tiketnya Cuma 10.000,- aja kok. Jalan-jalannya jangan pake kaki, tapi pake mobil ya, karena lokasinya super luas, pasti capek kalau jalan kaki.
            Di sini kita maen ke koleksi kaktus, anggrek dan guling-guling di padang rumput samping danau (hehe nggak deh). Sempet bikin kompetisi sama papa, siapa yang angel fotonya paling keren, tapi kayaknya saya yang menang deh, hehe.

Eka Karya Botanical Garden
Cactus Collection
Koleksi Anggrek 
Aha, hari ketiga usai, besoknya adalah hari terakhir kami di Bali. Tapi tidak banyak yang kami lakukan di hari terakhir, karena jam 12 kita harus sudah check out. Well, kita Cuma mau perpisahan sama pantai Kuta. Jadi ya menikmati pantai saja sebelum pulang. Papa sempet kegoda buat berenang sih, tapi mikir dua kali karena takut nggak keburu.

See You Kutaaa

Alhamdulillah, serunya liburan di tempat super mengesankan ini. Indonesia mantep deh punya destinasi wisata yang super komplit kayak Bali. Kalian yang belum pernah kesana, dicoba ya, dijamin ngangenin! 

Warm Regards!       
Lena Sa'yati


0 comments:

Posting Komentar