Kisah Mengharukan Ibu dan Anak


Lena Sa’yati, Sekolah Tinggi Pesantren Terpadu (STPT)



                Mula-mula dongkol dan kesal luar biasa, lalu kemudian menjadi sebuah keharuan dan kebahagiaan tak terkira. Saya ini sedang ngomong apa? Hei kawan, ini adalah sebuah kisah bagaimana GENK ANGELS berusaha mempertaruhkan eksistensinya sebagai kaum perempuan yang peduli pada sesama. Tidak bermaksud sombong, ria, atau bahkan takabbur, ih na’udzubillah. Hanya ingin berbagi cerita, berbagi pengalaman, dan berbagi hikmah yang sampai saat ini masih sedang kami telaah makananya.
                Genk Angels hanyalah sebutan ngasal buat empat mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Tasikmalaya, ada Angel Putih, Angel Pink, Angel Biru, dan Angel Hijau, yaitu saya sendiri. Lho kok bisa? Bermula saat kami sedang ngumpul bareng, dan iseng salah satu dari kami nyeletuk menyebut saya Angel Hijau, itu karena saya sangat menyukai warna hijau, nah maka kami berinisiatif untuk saling menyapa satu sama lain dengan sebutan angel beserta warna kesukaannya. Tapi tidak sampai disitu, layaknya seorang angel, yang berhati bersih, suka menolong, baik dan tidak sombong. Oh iya, satu lagi, bersikap lembut dan anggun bak putri. Maka, kami ingin sekali bisa menjelma menjadi angel yang sesungguhnya, minimal dengan sifat-sifat baik tadi. Tapi pastinya ini akan sangat sulit, tapi dengarlah kisah ini, tiba-tiba menyeruak rasa senang tak terkira ketika akhirnya, sifat angel yang suka menolong bisa ‘sedikitnya’ kami teladani. Hmm...gimana ya ceritanya? Okey, let’s check it out!  

Suatu Malam
Sekitar seminggu kebelakang, kamar menjadi hunian yang tidak nyaman lagi bagi saya dan angel biru. Kami tinggal sekamar berdua. Sudah seminggu saya dan angel biru di ganggu dengan kedatangan seekor kucing yang superrrrrrrrrr aneh! Sekali pintu terbuka sedikit saja, pasti kucing itu akan bersih keras untuk masuk. Warna bulunya putih loreng abu-abu. Bagian perutnya tampak menggelayut, bibirnya kotor, dan kakinyapun juga kotor. Kalau kucing ini sudah masuk, serentak para angels akan menjerit, dan melulu saya yang harus menggiringnya keluar (meskipun saya juga takut sih, hehe). Kejadian ini terus berulang sampai tujuh hari lamanya.
                Yang lucu, pada satu malam, ketika para ustadzat dan para angels berkumpul di kamar saya tercinta, diantara kami tidak ada satupun yang menyadari kedatangan kucing itu, dan tiba-tiba saja, dia sudah berada di tengah-tengah kami. Yang menghebohkan, kali ini Ia berani membawa seekor kucing kecil yang sepertinya baru lahir. Oh my God! Kami kaget tak terkira, bingung, dan juga panik. Mau di giring suruh pergi, si Kucing itu malah mengkilah terus-terusan, terus berkelit dari giringan ujung sapu. Kamipun berubah menjadi orang-orang aneh dengan beragam karakter ketika harus beramai-ramai mengusir kucing itu. Ada yang seperti mau nangkap ayam, ada yang kayak mau mau nyangkul di sawah, ada yang menempel di dinding lantaran takut, dan lain-lain. Kucing itu terperangkap di tengah-tengah kepungan kami, tapi sekali lagi Ia behasil berkelit, salah satu dari kami cepat-cepat mengambil kardus, dan mencoba memasukannya, tapi cepat pula kucing itu menyeruak keluar. Kami menjerit lagi, dan terus berjaga-jaga, agar jangan sampai kucing ini beranak di kamarku! Dengan mengumpulkan segudang keberanian, sayapun menjiwir leher atas kucing itu hingga keluar pintu, dan akhirnya saya berhasil! Horeeeeeee,...semua bertepuk tangan sambil tertawa hebat. Sebaliknya, saya lemas bukan main, saya terkulai lemas di balik pintu sambil berpegangan pada gagang pintu.
                “ Hei, hei si Elle kenapa? “ Salah satu dari mereka tersadar, tapi mereka malah tertawa terpingkal-pingkal, ya ampun, padahal saya beneran lemas. Tapi kemudian saya paksakan untuk ikut tertawa,...jadilah kamar saya heboh, boh, boh, seheboh-hebohnya! Saya sempat merenung, ini baru menghadapi “kucing”, bagaimana menghadapi Yahudi?! Haha,..so’ so’an ya saya mikirnya. Habisnya malu-maluin banget, masa manusia yang jumlahnya banyak, kalah sama satu ekor kucing! Beuh, ah,...ini mah malu pisan.

                Lantas, apakah cerita tamat sampai disitu? Oh, tentu tidak! Ada lagi hal yang sangat mencengangkan! Setelah kejadian itu, sekitar jam setengah sebelas, mereka pulang ke kamar masing-masing, tinggal saya dan angel biru yang tetap berada di kamar. Sekitar pukul 00.00, saat angel biru sudah pulas, saya masih terjaga, tiba-tiba dari balik lemari, sesekali saya mendengar suara kucing yang sedang mengeong, lalu hilang lagi, muncul lagi, dan begitu seterusnya sampai saya penasaran ingin menyingkap balik lemari saya. Lalu sesekali pula berkelebat dalam pikiran saya, apakah ini hanya halusinasi? Atau bahkan jelmaan kucing yang tadi saya usir? Hiks,..saya mulai tak tenang tidur, saya jadi merasa bersalah luar biasa. Antara takut, aneh, dan merasa bersalah berkelebatan menyelimuti perasaan saya malam itu. Sayapun mulai berdo’a,
Allohumma qini adzabaka yauma tab’atsu ‘ibadaka,
baru mau mengatupkan kelopak mata, tiba-tiba,
“ meong,”
Arrrrrrrrrghhhhhhhhhh....saya menutupi diri dengan selimut!
***
Masih seputar kucing, malam selanjutnya, ketika para angels berkumpul di kamar saya seperti biasanya, kami bermaksud belajar bersama untuk menghadapi UTS yang akan dilaksanakan sekitar satu jam setengah lagi. Wow, ujian malam-malam, keren gila ya. Namun lagi-lagi kami dekejutkan oleh kedatangan si kucing yang kemarin saya usir. Oh, tidak! Saya kembali lemas. No more, deh. Saya nyerah, saya insyaf, gak mau ngsir-ngusir lagi. Jadilah kami biarkan dia berjalan-jalan sepuasnya di kamar saya. Lalu Ia mengeong-ngeong beberapa kali, dan ajaibnya, setelah Ia mengeong, spontan ada suara lain yang menyahut juga dengan mengeong! Kamipun saling beradu pandang!
“ jangan, jangan, ...” Kata angel putih.
Kami langsung mengerti! Kami yakin pasti ada kucing lain yang tinggal di kamar ini. Lalu kami mencoba mendekati kucing tadi. Sedikit bego, kami ajak Ia bicara, supaya kembali mengeong agar kami bisa kembali mendengar suara kucing satunya lagi. Kucing itupun menurut! Wow, amazing! hehe, padahal Cuma kebetulan kali ya? Ia mengeong terus menerus, sampai akhirnya kami bisa mendengar suara kucing satunya lagi. Tapi suaranya lebih kecil dan lemah dari kucing yang besar, maka kami menyimpulkan, bahwa kucing yang terjebak itu adalah anaknya! Ya, anaknya terjebak di belakang lemari saya dan angel biru yang penuh dengan tumpukan buku-buku perpus. Oh, malangnya si anak kucing. Sejenak kami memperhatikan gerak-gerik si Ibu kucing yang mondar-mandir mecari jalan agar bisa mengeluarkan anaknya. Tiba-tiba kami tertegun dan membayangkan Ibu masing-masing. Mungkin Ibu kamipun akan sangat khawatir pada anaknya jika tahu kalau anaknya terjebak di suatu tempat. Ibu pasti berusaha keras untuk membebaskan kami walau bagaimanapun caranya. Barulah kami mengerti mengapa kucing ini tak pernah pantang mundur untuk masuk ke dalam kamarku. Dan suara aneh yang kudengar tengah malam itu memang asli suara kucing. Tepatnya suara anak kucing yang meronta-ronta ingin segera terbebas dari keterjebakannya. Betapa malngnya nasib kucing satu ini. Saya benar-benar merasa bersalah. Tanpa disadari, saya telah memisahkan si anak dari ibunya dengan terus-terusan mengusir ibu kucing itu. Maafkan saya ya Ibu kucing.
Maka, para angels berinisiatif untuk menggeser lemari saya yang super berat, dan mengeluarkan buku-buku yang menumpuk itu. Namun ketika akan mengeluarkan buku-buku, tiba-tiba si Ibu kucing malah mencakar kakai angel putih, sampai Ia menjerit-jerit! Mungkin si ibu kucing menyangka bahwa kami akan mendahuluinya untuk mengambil sang anak, padahal kan kami Cuma mau bantu!  Nah, supaya si ibu kucing tidak mencakar kami, maka sementara Ia kami bekap dulu di dalam lemari kosong. Wow, tahu apa reaksinya? Si ibu kucing mengeong keras sambil mencakar-cakar lemari. Kamipun bekerja lebih cepat, buku-buku berat mulai kami keluarkan satu persatu. Lalu kami berpura-pura mengeong agar si anak kucing terpancing. Dan setelah buku-buku berhasil dikeluarkan, angel putih berhasil melacak keberadaan si anak kucing itu. Ciee, udah kayak polisi nyari anak hilang aja tuh angel putih, haha.
Betapa senang ketika kami berhasil menemukan anak kucing itu, dan kami sangat sedih ketika melihat keadaannya. Bulunya tipis-tipis, badannya kering, dan suaranya sangat parau. Oh, kucing malang. Angel putihpun membawa kucing itu dilapisi selembar kertas, biar ibunya gak marah. Walhasil, kami bebaskan si ibu kucing, dan kami pertemukan Ia dengan anaknya. Seketika si ibu kucing berbaring dan menjilati anaknya, lalu menyusuinya. Hiks, hiks, sedih deh lihatnya. Kami hampir-hampir nangis. Berarti mereka sudah terpisah sekitar satu minggu! Waktu yang cukup lama untuk memantau kesehatan anak bayi! Tanpa ada makanan, tanpa ada cahaya, tanpa air susu ibu. Beruntung anak kucing itu masih hidup.Ya Allah, maafkanlah kami yang brutal ini. Kalau tahu konfliknya serumit ini, mungkin kami sudah bantu dari dulu. Ah, tapi semua ini ada hikmahnya. Setiap pelajaran bisa kita ambil dari manapun. Termasuk dari kisah Ibu dan anak kucing ini. Betapa seorang ibu selalu tak pernah mau melihat anaknya bersedih, dan rela mati-matian untuk menyelamatkan anaknya tercinta. Malu rasanya bila mengingat betapa durhakanya saya pada ibu, Belum bisa jadi anak yang baik dan membanggakan. Tapi dalam hati yang terdalam, sungguh membahagiakannya adalah sebuah impian yang selalu ingin saya wujudkan, meski sangat sulit dilakukan.
Oh iya, setelah itu, para angels langsung tos bareng dan tersenyum lega bersama. Misi penyelamatan berhasil! Tapiiiiiiiiiiii...kamarku acak-acakan, kayak kapal pecah. Bagaimana ini? Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Selepas UTS, para angels bersama-sama membereskan kamar saya menjadi kembali seperti semula. Nah, sejak kejadian itu, si Ibu kucing gak ada lagi tuh ke kamar saya, padahal saya mau silaturahmi lho sama dia. Tapi tak apalah, mungkin hidupnya sudah bahagia di luar sana. Sampai jumpa ya Ibu kucing, dan terkahir, yuk kita berdo’a buat kedua orang tua kita.
Allohumagfirli waliwalidayya, warhamhuma kamaa rabbayaani sogiiro

Kampus STPT
11 April 2011, 12.05
Untuk si Ibu kucing, saya dan para angels minta maaf ya Bu..

0 comments:

Posting Komentar