Flowers


I really love the flowers. 
It seems if I see to the garden filled with flowers of course I feel happy and fresh. Flowers can be a stress reliever at the sight. And I think that's the power of Allah who has created a variety of flowers in this world. From the most beautiful to the most unique and bizarre impressed. Of the fragrance that smells similar to the carcass. It is remarkable, and not be surprised if I say Subhanallah when meeting with an assortment of flowers.
But I rarely expose the flowers with my camera, but every go I almost always carry a camera. Well, this time I managed to photograph some of the flowers that I have come across several days. Psstt, I myself began to plant a variety of flowers since the first trimester of pregnancy. Alhamdulillah, the effect is very good for my pregnancy psyche. Here are some flowers that I had a portrait, though the technique is not perfect (knowingly I am as an amateur photographer, hehe) but it’s not problem right?

I think it looks like a yellow frog!

I have two kinds of rose in my garden. The white one and this one :-)

Ilove the color gradation :-D
this is the white one

falling in the wind

Green meet Pink. Chic!

the flower that I met in my homeland Salopa

this rose I bought at my lilbro graduation

and this is the lady rose, hehe I mean the florist :-)

When asked what flowers that I liked the most? maybe I will answer the rose flower. it can be seen from the photograph collection where the most interest. :-)



       warm regards,
Lena Sa'yati









Ngidam Pantai



 Mengalami masa “ngidam” adalah sesuatu yang amat menyesakan tapi sekaligus menyenangkan. Kadang harus menelan pahit kalau tak kesampaian, atau malah nggak “ngeh” kalau kesampaian, tapi kadang jadi sangat menyenangkan.

Libur semester kemarin, kebetulan usia Baby udah menginjak lima bulan. Semestinya saat-saat seperti itu saya beraktivitas tidak jauh dari rumah. Tapi nggak tahu, bawaannya justru pengen sekali berenang di pantai. Nah lho! Meski suami sempet sangsi dan ragu, tapi karena saya maksa-maksa sampai ngancam bakal cemberut kalau nggak jadi, akhirnya direstui juga. Tapi dengan syarat; lokasi pantai tidak begitu jauh, dan bawa saudara perempuan buat jaga-jaga. Siap bos!

Saya pilih pantai Pangandaran sebagai tempat tujuan liburan. Dan saya mengajak sepupu yaitu si Dini untuk menemani. Jadilah kita berangkat bertiga dengan nekat naik angkutan umum! Weh weh. Saya kira sejam dua jam, ternyata lebih dari 4 jam saudara-saudara! Gubrak sekali saya di perjalanan. Udah kehilangan gaya deh di bus. Makan udah, denger lagu udah, main gadget udah, tidur udah, tapi kok masih belum sampai juga. Huhuhu.

Setelah sabar menanti, samapai bus hampir kosong karena kebanyakan penumpang turun sebelum sampai di pangandaran, akhirnya saya bisa menghirup aroma pantai juga. Kami langsung disambut tukang ojek dan becak yang saling berebutan. Tapi pada akhirnya banyak yang kami tolak, soalnya kita belum nentuin penginapan. Ih nggak kira-kira ya. Namanya juga mendadak karena hasil ngidam. Tapi Alhamdulillah-nya suami punya murid yang punya penginapan dideket pantai, dan waktu dihubungi, klik! Here we go!

Sore
Klik dengan penginapan, nyimpen barang-barang dan ganti baju, sore-sore kita langsung cabut menuju pantai. Tapi sebelumnya makan dulu dong. Karena lagi ngidam udang saus asam manis, suami pun memesan satu porsi besar buat bertiga. Tapi anehnya suasana pantai dan warung-warung pada sepi pengunjung. Ternyata eh ternyata, waktu itu kalau diluar udah mulai masuk sekolah, sedangkan di sekolah saya masih libur karena liburnya waktu itu belakangan.
Udang saus asam manis siap disantap!

Satu yang saya nggak suka dari pantai Pangandaran adalah pengelolaan warung-warung yang tidak beraturan dan bau amis yang menyengat. Aneh deh, perasaan di pantai-pantai lain yang saya kunjungi tidak sebegitu menyengatnya. Tapi nggak apa-apa lah, yang penting berlibur ke pantai kesampaian.
Mejeng sore-sore di tepi pantai
 Oh iya, sore itu kita langsung ke pantai. Sementara suami renang, saya dan sepupu mejeng di tepi pantai. Dikira bakal nemu sunset, tapi malah hujan. Ya, bubar-bubar deh. Lucunya, pas renang suami nggak pake kacamata, alhasil dia nyasar sampai sekilo meteran dari lokasi awal dan pulang dengan telanjang dada sambil nyeker alias nggak pake sandal, masyaAllah suamikuuu.

Malam
Menjelang petang, selepas mandi dan makan, masih pengen berkeliaran aja. Akhirnya kita pilih naik mobil gowes dengan tariff 50.000,- sejam. Mahal ya, mana capek kaki ngegowes, tapi dijamin seru. Ceritanya suami jadi sopir, kita para wanita penumpangnya yang juga dipaksa ngegowes. Kalau jalan menurun, mobilnya meluncur beitu aja tanpa digowes, tapi bagian jalan yang nanjak dikit, sekali gowes aja musti pake tenaga super. Tapi seru banget, ditambah backsound lagu dangdut yang aduhai. Ieew.
Ngantuk, capek, akhirnya kita milih tidur.

Pagi
Belum mandi, belum gosok gigi, saya sudah rebut ganti kostum renang dan maksa-maksa suami buat renang di pantai. Tapi katanya tetep kudu makan dulu biar ada energi. Kenyang, akhirnya sampai pada hal yang ditunggu-tunggu; berenang! Tapi yang renang cuma saya dan suami. Tugas Dini adalah motion kita, hehe.

Tapi memang kendalanya begitu, karena perut terlanjur besar dan berisi, rasanya berenang di pantai dengan ombak yang cukup ganas jadi agak kurang nyaman, kayak kebentur-bentur. Jadilah saya tidak terlalu memaksakan, dan memilih mengakhiri renang. Habisnya, kita gogoleran dulu di pasir sambil berjemur.
Sesaat sebelum renang. Cheers!

Siang
Mengingat sorenya harus sudah pulang (karena suami ada kerja), kita bergerak cepat menuju tempat wisata lain. Tadinya mau ke Green Canyon, tapi ternyata jalannya na’udzubillah juelleeekkk. Bikin badan goyang-goyang, pantai lompat-lompat dari jok motor. Otomatis saya merasa sakit di daerah perut, akhirnya kita mutusin balik, dan memilih objek wisata lain, yaitu Batu Hiu. Tiket masuknya kalau nggak salah per orang cuma 5.000,- apa 3.000,- ya, pokoknya murah lah.

Sesampainya di dalam, ternyata sepi juga. Jadi ngeri sendiri. Pemandangannya indah sih, banyak pohon pandan yang sudah berakar tua pula, tapi anginnya besar banget, terus ombaknya juga ngamuk-ngamuk mulu sampai nyipratin kita yang di atas, jadi di sana pun kita nggak lama.
Ini yang saya maksud pandan berakar itu

Sore
Time to say good bye. Kita ngucapin makasih banyak buat Kang Ucu yang udah ngasih penginapan dengan diskon gila-gilaan, terus udah ngasih makan yang super istimewa, plus minjemin motor buat kesana-kesini. Pokoknya Jazkallah Khairan Katsir ya Kang. Semoga kuliahnya cepat lulus.

Akhir kata, sekitar pukul 15.00 kita pamit dan kembali pulang. Cukup menghibur juga liburan singkat ini. Alhamdulillah ngidamnya mnggembirakan kali ini.

Buletin Matapena Balik Lagi!

BULUMATA a.k.a Buletin Unik Matapena


Menurut saya, hasil kesuksesan itu bisa lebih membahagiakan tatkala kita membaginya dengan yang lain. Rasanya lebih manis dan bermakna.



          Lama sekali tidak menjejakan jemari di blog ini, bukan berarti saya sama sekali vakum dari dunia literasi yang amat sangat saya junjung tinggi. Ada beberapa kendala yang nanti bisa saya jelaskan kenapa sampai begitu lama tidak memposting tulisan di sini. Tapi pada dasarnya, setiap waktu luang yang saya miliki, tetap digunakan untuk terus membangkitkan gelora literasi terutama dikalangan anak didik saya di Pesantren Condong.

          Bangga rasanya kini anggota komunitas menulis di pesantren ini sudah semakin banyak dan lebih sadar akan dunia baca tulis. Setiap minggu mereka berkumpul dan berdiskusi. Dan yang paling membahagiakan adalah anak-anak saya ini sekarang sudah bisa kembali menerbitkan buletin setelah kandas hampir dua tahun dan mandeg di edisi 2. 

           Ada yang baru pada buletin matapena kali ini. Dari mulai rubric yang disuguhkan, harga sampai tampilannya yang semakin kece. Saya masih ingat waktu pertama kali menerbitkan buletin, warnanya masih hitam putih karena hasil foto copy-an. Tapi sekarang sudah eye ketceh alias full color. Alhamdulillah-nya lagi, komunitas matapena bisa punya penghasilan dari hasil penjualan buletin ini.

          Sedikit memberi bocoran, beberapa rubrik dalam buletin matapena antara lain; Salam Sapa, Topik Laporan, Cerpen, Puisi, Tokoh Sastra, Dapur Sastra, Tokoh dan Buku, Review Buku dan yang terakhir Salam Aksi Matapena. Total 12 halaman (belum termasuk cover lho). Semua tulisan asli karya para santri kecuali untuk Dapur Sastra yang diasuh oleh saya sendiri sebagai pembimbing. Karena baru dipasarkan dilingkungan pesantren, oplahnya baru ratusan saja. Mudah-mudahan kedepan bisa lebih luas, amin.

        Oh iya, bagi yang berminat bisa hubungi saya ya. Nanti biar saya kirimin, tapi ongkirnya ditanggung sendiri ya, hehe. Tapi jangan khawatir, setiap tulisan di buletin tiap edisinya bisa dibaca juga kok di weblog komunitas matapena. Klik aja di sini. Sebenarnya ada versi pdf nya, cuma belum kami upload.

              Nah, jadi begitu kira-kira kemajuan anak-anakku. Semoga istiqomah, amin.