MAULID NABI, Bukti Bangga dan Cinta Kepada-nya


Lena Sa’yati, STPT Tasikmalaya
lenacinta@ymail.com




Muhammadku, Muhammadku
Dengarlah seruanku,
Aku rindu, aku rindu
Kepadamu Muhammadku....
[Haddad Alwi_Rindu Muhammad]

            Dalam Islam, setiap bulan memiliki sejarah atau peringatan tersendiri. Seperti Syawal, dengan ‘Iedul Fitrinya, Dzulhijjah, dengan ‘Iedul Adhanya, termasuk Rabi’ul Awwal, dengan peringatan Maulid Nabi-nya. Pada tanggal 12 Robi’ul Awwal tahun Gajah/ 571 M bertahun-tahun yang silam, telah lahir kedunia ini seorang Nabi panutan ummat sepanjang masa, seorang Nabi akhir zaman yang hanya darinya kita mendapatkan syafa’atul ‘udma. MUHAMMAD, itulah namanya. Kelahiran Nabi Muhammad ini, yang kemudian kita sering menyebutnya dengan ‘Maulid Nabi’.

Maulid Nabi Vs Valentine ?
            Tahun ini, hari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW seringkali di sebrangkan dengan perayaan hari Valentine yang jatuh pada hari sebelum peringatan Maulid Nabi. Valentine yang ditetapkan pada tanggal 14 Februari, bersebrangan dengan peringatan Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 15 Februari. Tak sedikit yang menyangkut pautkan atau bahkan membanding-bandingkan antara dua momen penting tersebut. Dan ironisnya, segelintir orang yang mengaku  ‘Islam’ sendiri, bahkan sempat menulis status dengan kalimat; ‘Valentine atau Maulid Nabi ya?’. Seharusnya ini sangat tidak etis dipublikasikan di pentas khalayak. Seakan masih ada keraguan untuk memperingati hari lahirnya Nabi kebanggaan ummat Islam, yang notabene seluruh Ummat Islam di Dunia ikut memperingatinya. Tua, muda, anak-anak, orang dewasa, kaya, miskin, semua kalangan ikut memperingati. Maka, seharusnya kita tak pantas bila membanding-bandingkan antara dua peringatan itu. Valentine dengan hakikatnya sebagai peringatan kematian pastur, dengan Maulid Nabi sebagai peringatan Lahirnya Nabi Muhammad. Keduanya tentu akan sangat kontras bila harus dibandingkan. Maka, agar semuanya menjadi lebih jelas dan tidak  lagi menimbulkan keraguan, perlu diketahui motif apa yang menopang ummat islam untuk memeperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini.

Dua Motif Mengapa Ummat Islam Memperingati Maulid Nabi
Mungkin teman-teman bertanya-tanya atas dasar apa seluruh ummat islam di dunia serentak memperingati hari lahir Nabi Muhammad. Karena tentu bukan tanpa alasan, seseorang sampai memperingati sebuah momen. Nah, kedua motif itu sendiri antara lain;

Motif Pertama, Karena ummat islam merasa bangga sekaligus bahagia dengan lahirnya seorang nabi yang merupakan Khotaman Nabiyyin (Nabi Terakhir), sekaligus satu-satunya nabi yang berhak memberikan syafa’atul ‘udzma pada hari akhir nanti. Dalam sebuah hadist dikatakan:
“..Barang siapa yang mengagungkan hari lahirnya Nabi, maka Ia akan mendapatkan Syafa’atul ‘Udzma..”
Menyimak hadist diatas, tentu kita langsung tahu dan mengerti mengapa harus memperingati Maulid Nabi ini. Yang sangat diharapkan oleh setiap muslim dari Nabinya ini tiada lain adalah Syafa’at yang agung itu, syafa’at yang tidak ada satu nabipun dapat memberikannya. Jika memang demikian, maka untuk mencapai harapan itu, salah satu caranya adalah dengan mengagungkan peringatan hari lahir Nabi.
            Salah satu bentuk peringatan Maulid Nabi ini yakni sebagaimana yang saya, para Santriwati, dan ustadzat lakukan pada malam Maulid Nabi, yaitu membaca Barzanji atau deba. Kitab ini umumnya berisi syair-syair shalawat yang biasa dikaji para santri salaf seperti kami ini. Menurut Syuyuti, dalam keterangannya, “ Barangsiapa orang membacakan Barzanji ini pada suatu tempat, maka tempat itu akan dipenuhi malaikat “ . Membaca disini tentu bukan hanya sekadar membaca tanpa ada esensi yang mendasarinya. Namun harus disertai kekhusyuan (Ikhdzorul Qolbi). Masih banyak lagi bentuk-bentuk dari peringatan Maulid ini, namun yang sudah sangat umum sekali di kalangan masyarakat kita adalah membaca Barzanji.

 Kitab Barzanji

Motif Kedua, Merasa Cinta dan Menyayangi Nabi. Ketika seseorang ditanya, manakah yang paling dia cintai, apakah Ibu, Bapak, Pacar, atau Nabi? Otomatis dia akan berfikir sejenak, lalu kemudian menjawab : “ Nabi! ”. Tapi kenapa harus berfikir terlebih dahulu? Ini semata-mata karena orang itu belum yakin dengan kecintaannya terhadap Nabi. Karena yang namanya cinta, perlu pengorbanan, kesetiaan dan ketulusan. Lantas jika benar kita mencintai Nabi lebih dari siapapun dimuka bumi ini, maka yang jadi pertanyaan, pengorbanan seperti apa yang telah kita persembahkan? Kesetiaan seperti apa yang kita tawarkan? Ketulusan yang bagaimana yang kita tanamkan? Hal ini merujuk pada diri kita masing-masing untuk kembali belajar untuk mencintai, dan mengikuti sunnahnya. Hal ini mengingatkan saya kepada penyanyi religi kondang, yakni Haddad Alwi yang dalam Syair lagunya Ia menyebutkan:
“..Siapa yang cinta pada Nabinya, pasti bahagia dalam hidupnya..”
Ini bukan fiktif, dan karangan syair belaka. Namun lirik itu memang benar adanya. 

Terlepas dari kedua motif di atas, bukan tanpa maksud Allah SWT menjadikan nabi sebagai Rosulnya. Dengan berbagai keajaiban sewaktu kecil, serta berbagai mukjizat saat menjadi Nabi, maka ini memang sudah rencana manis Allah mengutus Nabi untuk kemudian menyempurnakan akhlak di muka bumi ini. Sebagaimana sabda Nabiyul Islam Muhammad bin ‘Abdillah shollallahu ‘alaihi was sallam melalui sahabat Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu,
 “Sesungguhnya aku (Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak)”

Contoh uswah dari Rosul yang merupakan suri tauladan dalam keseharian kita antara lain;
-          Rosul selalu membiasakan tersenyum, ada yang bilang jika kita banyak tersenyum saat berpapasan dengan orang, maka kita akan awet muda! Wah, masa? Lho, benar kok. Senyum kan merupakan bentuk dari senam muka yang bisa membuat wajah kita senantiasa terlihat segar dan enak di pandang. Begitupun Rosul yang wajahnya full of smiles, melihat anak kecil, Ia tersenyum, melihat Sahabat, Ia tersenyum, tak terkecuali Nenek-nenekpun beliau senyumi. Betapa senyum itu dapat memberikan kesan ramah dan bersahabat pada diri seseorang. Dan lagi, senyum itu kan sodaqoh. So, jangan pelit untuk tersenyum ya, dalam sebuah syair Nasyid juga dikatakan;
Senyum tanda mesra,
Senyum tanda sayang,
Senyumlah sedekah yang paling mudah
[Raihan_Senyum]

-          Rosul bersifat tawadu’, sudah tentu tahu kan apa arti dari tawadu’ ini? Yup, bersikap humble ternyata juga merupakan sifat Rosul kita ini. Tapi yang ini bukan rendah diri, melainkan rendah hati. Karena rendah diri akan menimbulkan kekufuran, sedangkan rendah hati dapat menimbulkan kesyukuran. Tawadu’ juga bisa di bilang lawan kata dari sifat sombong. Nah, bagi kita-kita yang merasa memiliki segudang kelebihan, baik itu yang bersifat fisik atau non-fisik, berhati-hatilah, karena syaitan akan selalu menggoda kita agar bersikap sombong. Nah, maka Nabi kita ini tampil dengan sikap ketawadu’an-nya. Orang yang seperti ini akan selalu disegani dan dihormati. Patut dicontoh juga, nih.

 
-          Dan masih banyak lagi. 

Hmm...Maulid tahun ini semakin terasa ramai dan khidmat terutama bagi saya pribadi. Pertama, karena pada malamnya, pondok kami mengadakan pengajian barzanji, dan siangnya ada acara kompetisi pidato empat bahasa yang juga temanya tak lepas dari peringatan hari Maulid Nabi. Hmm....dimana-mana acara peringatan hari besar islam itu memang selalu ramai dan khidmat ya?...dan yang pasti, peringatan bukan sembarang peringatan kosong, tanpa ada hikmah dan pesan yang terkandung di dalamnya. Itulah kelebihan setiap bulan dalam Islam, penuh makna, hikmah, dan barokah, amin.





0 comments:

Posting Komentar