Pasti pernah lihat kan film Kiamat Sudah Dekat garapan Pak Dedi Mizwar. Tapi yang saya maksud sih bukan filmnya secara utuh, hanya ada satu scene yang sangat menggelitik. Yaitu, ketika Pak Haji bertanya pada si pemuda apa agamanya? Dan dengan enteng si pemuda menjawab “kalau gak salah sih Islam, Pak Haji” sambil merogoh KTP nya di dalam saku “Tuh kan bener Islam..” Setelah Ia melihat KTP nya. Ironis? Benar, Ingin seperti dia? Oh, jangan!
KENALI CIRI-CIRINYA
Sudah beberapa bulan ini, kita seringkali disuguhi tayangan sinetron di salah satu stasiun TV swasta yang terang-terangan menyinggung tema diatas tadi, alias Islam KTP. Jika kita melihat sekilas, cukup jelas kesan yang bisa kita dapat dari sana, yaitu tentang carut marutnya kualitas iman seorang muslim. Mengaku muslim tapi tak berprilaku selayaknya seorang muslim. Mengaku muslim, tapi tak tahu apa itu Islam. Sehingga Islam cukup sebagai label pelengkap KTP saja, bahwa dia beragama ISLAM. Inilah yang kemudian orang menyebutnya dengan Islam KTP.
Dalam keseharian kita, tentu tipe muslim semacam ini seringkali kita temukan. Bahwa mereka yang mengaku muslim, sudah enggan berada di rumah Allah, sudah abai dengan kumandang adzan, sudah lalai menjalankan shalat, sudah enggan mengeluarkan zakat, sudah neko-neko dalam menjalankan syari’at islam, bahkan sudah tak tertarik dengan agamanya sendiri.
Jelas hal semacam ini merupakan bumerang tersendiri bagi umat islam. Ketika orang lain berbondong-bondong menjadi muallaf dan dengan sungguh-sungguh mempelajari islam, umat islam sendiri malah asik meniru-nirukan model kehidupan kebarat-baratan. Maka tak heran bila umat islam hancur justru oleh dirinya sendiri.
KETIDAK TERTARIKAN TERHADAP ISLAM
Rasanya sudah tak asing bila shaf jajaran depan mesjid selalu terdiri dari para lansia dan kaum tua. Kemanakah para bujang? Oh, ternyata mereka lebih senang menghabiskan waktu dengan berada di jalanan, atau berlomba-lomba shopping di mall, atau bahkan di tempat-tempat ramai penuh dengan hiburan. Mesjid tak lagi menjadi tempat untuk berkumpul, mengaji dan berdiskusi. Majlis-majlis ta’lim hanya bersisi para ibu-ibu. Buku-buku dan kitab-kitab klasik hanya bagi mereka yang sering di ejek si kutu buku. Al-Quran tidak lagi memiliki pesona yang memikat untuk sekedar dibaca. Kerudung tak lagi sebagai penutup aurat secara utuh.
Gemerlap kehidupan yang sekarang ini lebih serba instan dan canggih tentu menjadi pemicu utama mengapa kaum muda begitu terpesona dan menggila. Kecintaan terhadap dunia yang terlihat begitu manis dan menggiurkan memang mampu menyilaukan pandangan kita. Begitulah hebatnya tipu rayu dunia yang fana ini. Dalam bukunya Limadza Ta’akhoro Almuslimun Wa Yataqoddama Ghoiruhu Syakib Arsalan, salah satu ilmuan islam mengatakan, bahwa salah satu kehancuran seorang muslim disebabkan Hubbu Addunya (cinta dunia). Sehingga Islam tak lagi memiliki pesona yang menarik untuk dikaji atau bahkan dipahami secara mendalam. Islam menjadi tidak menarik dikalangan anak muda kita. Sehingga tak pelak muncul selintingan bagi mereka yang taat dan menunjukan ciri keislamannya dengan diolok-olok so’ alim dsb. Inilah tanda-tanda semakin semaraknya para muslim bermental KTP. Na’udzubillah..
YANG MUDA YANG BERAGAMA
Setiap manusia dimuka bumi ini tahu akan kehebatan spirit dan semangat juang satu kaum yang bernama; Pemuda! Tidak perlu menunggu berapa tahun sebuah negara hancur, jika ditangan para pemuda hal demikian adalah mudah dan kilat. Namun, pemuda yang bagaimanakah yang mampu mengimplementasikan teori tersebut dalam sebuah gerakan masif. Tentu bagi mereka yang memiliki kepedulian tinggi terhadap nasib ummat dan agamanya. Namun, melihat semakin maraknya mereka yang mengaku muslim tapi hanya KTP nya saja, rasanya akan sangat sulit agar harapan tersebut terealisasi. Tapi itu bukan berarti mustahil. Dalam aspek psikologinya, para pemuda lebih mudah tersentuh atau terarah dibandingkan yang lainnya. Asal ada suri tauladan yang baik, serta sentuhan spiritual yang kontinyu terhadap mereka, maka lambat laun fenomena semacam inipun dapat teratasi.
Beberapa tips agar para pemuda kita tak terjerumus dalam fenomena islam KTP:
Pertama, Kenalilah agamamu sedalam-dalamnya. Bisa dengan membaca, menyimak ceramah, atau bertanya pada para ahli agama.
Kedua, Berusahalah untuk menyibukan diri dalam aktifitas yang berhubungan dengan keagamaan. Bisa dengan bergabung bersama para aktifis muslim, mengikuti kegiatan keagamaan seperti training atau bakti sosial dll.
Ketiga, Ingatlah selalu bahwa dunia ini hanya sementara, terlalu mencintai dunia sama halnya memanjakan diri untuk mendapat hadiah neraka. Tapi sebaliknya, beramal sebanyak-banyaknya untuk menabung kebaikan agar bahagia hidup di akhirat kelak.
Keempat, jangan pernah ragu untuk mengcover segala prilaku atau semua aspek kehidupanmu dengan islami (menanamkan nilai-nilai keislaman didalamnya).
Kelima, jangan minder bila orang mengejek dengan sebutan ustadz, so alim atau sebagainya, sesungguhnya orang seperti kamulah yang dibutuhkan masyarakat.
Nah, semoga dengan beberapa tips tadi, kaum muda kita dapat menghela nafas sejenak untuk kembali menimang-nimang mana yang bermanfaat dan mana yang tidak. Dan yang terpenting, Islam jangan hanya dijadikan formalitas, tapi kenali, pelajari, kaji, pahami, dan cintai sampai kita mati. Sehingga, mulai saat ini, kita bisa bernafas lega untuk mengatakan No, to Islam KTP!. [Lena]
Lena Sa'yati, Mahasiswi IAIC Tasikmalaya,
Santri pondok Pesantren riyadlul 'Ulum Wadda'wah Condong
* You may read the same note on Qalam MUI Tasikmalaya Magazine (4th edition)
Santri pondok Pesantren riyadlul 'Ulum Wadda'wah Condong
* You may read the same note on Qalam MUI Tasikmalaya Magazine (4th edition)
0 comments:
Posting Komentar