these two films that I directed!
Genre : Religi
Durasi : 90 menit
Sutradara : Lena Sa’yati
Skenario : Tim matapena Rayon Tasikmalaya
Pemain : Wafda, Elif, Rini, Yuni, Lidini, Agnes, Muna, Noverita Mustika
Produksi : Matapena Tasik in Association with Lingkar Kreatif
Produksi : Matapena Tasik in Association with Lingkar Kreatif
Sinopsis:
Film
ini diangkat dari buku berjudul sama, karya anggota Matapena Rayon
Tasikmalaya Ponpes Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah. Bercerita tentang seluk
beluk romantika kehidupan santri dan santriwati di sebuah pondok
pesantren. Dalam film ini terdiri dari beberapa judul dengan cerita yang
berbeda-beda. Diantaranya; Language is Our Crown, No Gosob!, Pepping?
No way!, Belanja Sambil Beramal, Blezzer, dll.
Dalam
Language is Our Crown misalnya, seorang santriwati bernama Linta kerap
menjadi pelanggar bahasa, hingga namanya disebutkan beberapa kali dalam
pengumuman pelanggar bahasa. Akhirnya dia diberi hukuman untuk memakai
kerudung pelanggaran selama satu hari. Sejak saat itu, beberapa temannya
mulai menjauhi dan mencemooh dirinya, tapi sahabat sejatinya Ilya
selalu memberi semangat dan motivasi sehingga Linta mencoba untuk giat
belajar bahasa dari buku-buku bahasa yang ada. Dari hari ke hari bahasa
Linta mulai membaik, hingga akhirnya, namanya tak lagi tertera dalam
daftar para pelanggar bahasa. Maksud bahasa disini adalah dua bahasa
asing (arab dan inggris), karena di ponpes ini, memakai kedua bahasa
tersebut dalam kehidupan sehari-hari adalah wajib hukumnya, maka jika
ada salah satu santri yang keahuan tidak berbahasa resmi, sudah
dipastikan mendapat hukuman dari bagian bahasa.
FYI, Hidup
Sekali Hiduplah yang Berarti merupakan film perdana yang dibuat santri
Ponpes Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah bekerjasama dengan rumah produksi
Lingkar Kreatif. Bermula dari buku karya anak klub sastra matapena,
merekapun ingin lebih memvisualisasikan isi dari buku yang mereka buat,
agar pesan yang terkandung dlam buku tersebut lebih mdah diterima oleh
khalayak umum. Pada intinya, film ini berusaha mengangkat kehidupan para
santri yang snagat jarang sekali terekspos media. Film ini ingin
menunjukan, bahwa memilih hidup di pesantren merupakan sebuah keputusan
untuk menjadikan hidup ini lebih berarti.
Disajikan
dengan cerita-cerita ringan dan menghibur, dalam film inipun para
pemain menggunakan dua bahasa asing dalam setiap percakapannya. Inilah
yang membuat film ini beda dari film-film indonesia lainnya. Pesan yang
tersirat dari setiap ceritapun lebih nyata dan tampak real, karena
setiap cerita di akhiri dengan pesan nasihat. Seperti dalam Language is
our Crown, di akhir cerita tertulis nasihat ; ‘Language is not lesson,
but language is habit’ ‘Brave to try, never give up, speaking, speaking,
and speaking’. Selain cerita, dalam film inipun disajikan sebuah
infotainment bernama ‘Laa Ghibah’ yang dibawakan oleh presenter kocak
namun menyajikan berita-berita yang sarat akan makna, begitupun dengan
narasi yang dibacakannya.
Menonton
film ini dijamin tidak akan jenuh, karena dari setiap cerita, selalu
ada hal-hal yang menarik yang berbeda, dan lain dari yang lain.[]
Judul :
INTENSIF [The Movie]
Sutradara : Lena Sa’yati
Pemain : Yushi Zulfa, Wulan Asih, Risa
Nurhijriana,
Nenda Syarifa
Harga :
IDR. 25.000,-
Sinopsis : Empat orang anak Kelas 4 Intensif yang masih
mencari jati diri di pesantren bergabung
secara disengaja terlibat satu kelompok karya ilmiah Biologi. Dari mulai
kerja kelompok bersama sampai pada akhirnya selalu tampil ber-empat
kemana-mana.
Raihani Dewi bisa
dikatakan leader kelompok ini. Dia berwatak tegas, serius, cepat dalam
mengambil keputusan dan alternatif, pintar namun tidak sombong. Sedangkan Nuni
Hidayat memiliki karakter yang agak konyol, tidak pernah serius dan tidak
memiliki pendirian yang kuat. Hana Salima berwatak hampir sama dengan Nuni,
mereka kadang lebih nyambung dengan kekonyolannya. Dan Ina Shaliha seorang
santri yang agak pendiam, penurut, namun memiliki pendirian kokoh yakni ingin
menjadi seorang Da’iah kondang, lantaran Ia sering dituntut menggantikan Nenek
nya di kampung.
Bersama
Raihani Cs. Berusaha menemukan jati diri serta indah persahabatan di pesantren
dan
di kelas mereka, Intensif. Namun sebuah kasus besar menimpa salah satu dari
keempat sahabat itu. Atas keyakinan dan
setia persahabatan, mereka bahu membahu menyelesaikan kasus tersebut.[]
A Girl With Glasses |
0 comments:
Posting Komentar