Dulu pas nikah sempet mau nunda punya baby. Pertimbangannya
banyak, dari mulai belum punya rumah sendiri, belum mantap mental, sampai alas
an masih duduk di bangku kuliah. Dan yang paling saya inget adalah waktu itu
pernah bilang ke suami kalau saya takut melahirkan pas KKN atau PPL. Inget
banget!
Tapi dipikir-pikir ternyata kehidupan rumah tangga lumayan
sepi ya tanpa buah hati. Akhirnya kami mencoba mantapkan hati dan bertawakal.
Allah akhirnya memberi kepercayaan titipannya ini pada kami setelah hampir
sepuluh bulan menikah. Alhamdulillah senang luar biasa.
Tapi ada yang lebih spesial!
Kira-kira apa coba? Yups, ternyata omongan saya di masa dulu
comes true!
Saya akan melahirkan pas KKN!
That’s why kita harus jaga lisan. Bisa jadi apa yang ditakutkan justru malah jadi ujian tersendiri
buat kita. Finally saya harus tetap menjalaninya sepenuh hati. Minimal ikutan
di awal-awal sebelum lahiran. Tapi yang jadi soal, kita kebagian KKN di tempat
yang super jauh dari hiruk pikuk perkotaan, ditambah dengan kondisi
infrastruktur yang masih minim. Contohnya; jalan yang garijlug! Jadi inget lagu
dangdut yang tentang kereta itu.
Jug gijag gijug gijag gijug, kereta berangkat….amboii
ada-ada saja!
Saya ngeri sekali harus menahan perut yang ada baby-nya
sekuat tenaga. Tapi insyaAllah ada papa yang mau nemenin. Tuh kan, Inna ma’al
‘usri yusra itu benar! Di dalam kesulitan pasti ada jalan kemudahan. Itu
sudah keputusan Allah.
Peyorasi KKN
Berbicara KKN, meskipun akronim dan maknanya mulia, tetap
saja kesininya jadi peyoratif. Banyak makna kotor yang disematkan buat
singkatan itu. Mulai dari Kolusi Korupsi dan Nepotisme, Kulalang-Kuliling
Nangkring, atau Kuliah Kerja Nihil, dlsb.
Cukup prihatin ya. Hiks.
Tapi saya akui memang KKN ini bisa dibilang kuliah yang
sesungguhnya. Kita langsung terjun dan belajar secara nyata berdasarkan fakta
di lapangan. Setelah sekian lama menjalankan sebagian dari Tri Darma Perguruan
Tinggi ( Pendidikan/pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat),
akhirnya sampai juga pada tugas yang ketiga, yaitu mengabdi!
Sebelum hendak melaksanakn pengabdian masyarakat dalam
bentuk KKN, sebenarnya saya sudah lebih dulu mengabdi buat lembaga pendidikan
pondok pesantren di Condong. Tapi kan itu medannya para santri yang 24 jam
berada dalam lingkungan akademik. Berbeda dengan KKN yang objeknya masyarakat
secara general. Dari nenek, kakek, bapak, ibu, pemuda, pemudi, sampai anak-anak,
semuanya menjadi ladang saya dan teman-teman mengabdi. Whoho, serasa beraaaat
sekali beban ini. Mana kondisi sedang berbadan dua.
Tapi untuk menanggulangi itu, kampus memang sudah
mempersiapkan bekal buat para mahasiswanya. Yaitu dengan adanya pembekalan KKN
selama 3 hari berturut-turt dari tanggal 10-12 April 2014 dari pagi sampai sore
non-stop (Cuma dijeda shalat aja).
Please, pemirsa!
Saya tahu niat kampus sangat mulia, tapi kondisi ini tak
begitu mendukung ternyata. Kita dipaksa duduk berjam-jam menyimak pemateri
dengan situasi aula yang panas dan fasilitas wc yang kurang (hehe). Saya hampir
habis gaya.
Beginilah suasana pembekalan |
Lucunya, setiap pemateri selesai berpidato, lalu memberikan
kesempatan mahasiswa untuk bertanya, justru kebanyakan audiens berharap tidak
ada yang maju (sudah tahu kan alasannya kenapa). Yups, mereka sudah murka
dengan pegalnya duduk dan panasnya udara. Jadilah ketika ada yang maju kedepan
sudah pasti disoraki. Mahasiswa macam apa ini, hihi. Yaa intermezzo sejenak
kan.
Bahkan ada kejadian getir yang super ngeselin!
Yaitu ketika waktu sudah menunjukan pukul 16.00 lebih, kita
belum shalat ashar, dan tiba-tiba seorang mahasiswa maju kedepan. Dikira mau
bertanya, terus ngapain?
Dia curcol!
Curcol tentang gaji mengajarnya di TPA, dan keluh kesah
tentang hutangnya ke kampus. So sad, so touchy. Tapi karena orangnya alay, kita
malah jadi nggak simpati. Well, memang cukup sedih sih ketika mendengar gaji
yang diterima guru TPA hanya 20.000 sebulan. Cukup buat apa? Itu lah yang jadi
keterbatasan dan kendala kemajuan TPA, salah satunya karena kurangnya SDM dan
dana. PR kita bersama nih, cateeett!
Setelah pembekalan, lumayan banyak ilmu yang didapat,
meskipun keseringan duduk di belakang (karena sering datang telat gara-gara
naik kendaraannya rombongan, otomatis musti nungguin satu sama lain). Rencana
keberangkatan KKN kita tanggal 21 April. Dan pelepasan tanggal 16 Juni (dua
bulan pemirsah!). Semoga saya kuat, semoga segalanya lancar, semoga pengabdian
kami pada masyarakat dapat bermanfat. Amin.
take a pose before leaving |
Yes, aku ajak baby ngampus :-) |
Warm Regards,
Lena Sa'yati |
0 comments:
Posting Komentar