Lena Sa'yati, Personil El-Faiza
El-Faiza Nasyid Team dengan personil tetap (kelas 2 SMA) |
Bismillaahirrahmaaniraahiim...
Ahlan wa sahlan sahabat semua, kali ini saya ingin berbagi pengalaman plus hikmah yang saya dapatkan dari pengalaman itu. Sebagaimana pengalaman, yang tentunya sayapun akan menuturkan sepenggal kisah di dalamnya. Semoga apa yang akan saya paparkan ini, bermanfaat khususnya bagi saya pribadi, umumnya bagi sahabat semua, amin.
Sekitar empat tahun yang lalu, saya bersama sembilan teman lainnya membentuk team nasyid dengan nama E-Faiza, artinya pemenang. Kami memiliki motto “Meskipun tak menang, tapi kami tetaplah seorang pemenang”, yeah, setiap kali motto ini terngiang ditelinga, setiap itu pula semangat kami terasa dibakar. Kami ingin menang dalam segalanya. Menang dalam kompetisi, menang melawan hawa nafsu sendiri, menang melawan kemunkaran, menang dalam berbuat kebaikan, dan tentu menang dalam menggapai ridha Allah SWT.
Setelah beberapa kali latihan, kamipun memberanikan diri untuk coba-coba mengikuti perlombaan nasyid antar SMA se-Jawa Barat yang diadakan SMAN 2 Tasikmalaya. Dan tanpa disangka, pertama kali mengikuti perlombaan, kamipun langsung menyabet juara ke-3 (saat itu kami masih kelas 1 SMA).
Alhamdulillah, sejak kemenangan itu, pembimbing kamipun semakin percaya dan yakin pada kami. Karena uniknya, anggota El-Faiza seluruhnya adalah wanita. Padahal jarang sekali ada team nasyid yang beranggotakan wanita, hampir mayoritas laki-laki. Ditambah, kami hanya menggunakan alat perkusi sebagai pengiring lagu, tidak seperti yang lain yang menggunakan keyboard, guitar, atau bahkan biola. Kami sangat bersyukur sekali kala itu. Karena cenderung masih kekakak-kanakan, terkadang ada perselisihan diantara sesama personil, yang pada akhirnya, kamipun sempat bongkar pasang personil.
Seiring eksistensi kami dalam bidang nasyid terus berjalan, alhamdulillah undangan dari sana-sini mulai berdatangan, baik itu acara pernikahan, imtihan, atau acara-acara peringatan hari besar islam, dan masih banyak lagi. Namun satu yang pasti, kami tidak pernah meniatkan semua ini untuk popularitas, sumber penghasilan, atau bahkan mentargetkan harus berapa kami dibayar, na’udzubillah. Seluruhnya apa yang kami dapatkan dari hasil undangan tersebut selalu kami berikan pada pondok pesantren tempat kami mengaji. Kami selalu berpegang teguh pada satu komitmen; “Bahwa kami bernasyid untuk berdakwah, bukan yang lain”. Alhamdulillah, dengan komitmen itu justru semakin banyak orang yang percaya pada kami. Maka benar firman Allah dalam surat Muhammad:7 “ Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong agama Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.
Lalu pada satu waktu, kami kembali mengikuti perlombaan (dengan personil yang berbeda). Kali ini kami tidak sendiri, dari pihak sekolah mengirimkan dua utusan. Namun tiba-tiba, suara saya saat itu hilang, serak dan benar-benar tidak bisa maksimal. Benar-benar tidak terduga. Padahal malamnya masih baik-baik saja. Saya seketika menangis tak tahu harus berbuat apa. Pembimbing membelikan saya segala macam minuman berharap suara saya kembali pulih. Tapi hasilnya nihil! Saya benar-benar putus asa saat itu. Namun pembimbing dan teman-teman saya tak henti menguatkan, hingga akhirnya kami tetap memutuskan untuk tampil. Saat itu kami undian ke 6. Saya pasrah apapun hasilnya nanti.
Hingga tiba waktu pengumuman, saya tak sanggup menyaksikan, akhirnya saya kabur kala itu, karena merasa sayalah penyebab dari semuanya. Dan benar saja, El-Faiza kala itu tidak menang. Tapi team nasyid satu lagi utusan ponpes kami berhasil menyabet juara ke-3, alhamdulillah. Meski begitu, masih tetap saja bercokol rasa menyesal dan tak puas dalam hati saya. Sayapun hanya bisa bertawakkal ‘alalloh.
Dan hei, Inilah kejutan yang Allah berikan! Esoknya, pembimbing kami memanggil El-Faiza untuk datang ke kantor sekolah. Kami kira ada apa, ternyata beliau bilang, ada satu juri yang dulu pernah menjadi juri di SMAN 2 Tasik ingin menjadi pelatih kami! Sungguh di luar dugaan! Beliau bilang, juri tersebut kagum pada vocal kami. Sehingga mendorong beliau untuk ingin melatih kami. Wow, tidak tanggung-tanggung juri itupun merupakan vocalis salah satu team nasyid dari Tasik yang sudah berhasil dan termasuk anggota dari Asosisasi Nasyid Nusntara (ANN). Subhanallah, berkah dari tawakkal, meski kadang saya malu sendiri karena saat itu tidak ukup bersabar, padahal benar dalam pepatah arab mengatakan “Man Shobaro Dzofiro” “ Siapa bersabar, maka beruntunglah Ia”.
Latihan bersama beliaupun berjalan baik. Kami rasa, olah voal kami mengalami kemajuan yang cukup baik bersama beliau. Namun sayangnya, setiap mengikuti perlombaan kami tak pernah lagi menang. Tapi kami tetap optimis, dan bersabar, juga tetap mengingat komitmen, bahwa kami bernasyid bukan untuk mencari kemenangan, tapi untuk berdakwah dan mengharap ridha Allah.
Waktu kian berlalu, hingga membuat pelatih kami itu tak lagi dapat melatih El-Faiza seperti biasanya. Ada urusan lain yang lebih urgent yang membuat kami harus terpisah. Tapi sungguh, kami seakan mendapat bekal baru untuk terus melatih kemampuan vocal dan performane bernasyid kami. Kamipun terus berlatih dan berlatih. Terkadang disela-sela waktu datang undangan dsb. Pada hakikatnya kami tetap eksis untuk terus berdakwah lewat senandung nasyid.
Akhirnya, kami siap untuk kembali mengikuti perlombaan nasyid. Saat technical meeting, saya mencermati siapa saja peserta yang ikut lomba kali ini. Karena telah terbiasa mengikuti lomba hingga tahu karakter dari setiap team nasyid, maka sayapun tahu seberapa hebat dan batas maksimal kreatifitas mereka dalam setiap lomba. Sayapun berfikir, kalau ingin kali ini menang, maka, kami harus mampu membuat satu penampilan diluar batas kemampuan team nasyid lain. Sayapun ingat pepatah ustadz di pondok “I’maluu Fauqo Maa ‘amiluu” “ Bekerjalah diatas rata-rata orang bekerja”.
Dengan semangat yang saya bawa dari technial meeting, kamipun segera menyusun strategi, mencari-cari lagu mana yang cocok dengan karakter vocal kami, membuat aransemen baru dalam bermusik dan merecycle ulang lagu pembukaan. Dan yes! Sempurna. Setelah dua minggu menyusun semuanya, akhirnya kamipun mantap dan siap untuk kembali hadir di ajang lomba nasyid yang kala itu diadakan di Universitas Siliwangi.
Pada saat tampil, kami lebih dahulu menatap juri-juri, lalu menyapu seluruh peserta dan penonton, barulah lagu pembukaan berkumandang. Sepanjang menyanyikan dua buah lagu, penonton benar-benar hening, mata mereka hanya tertuju pada kami. Dan di akhir lagu, tepuk tangan meriahpun membahana seiring ucapan salam terakhir yang kami uapkan. Alhamdulillah, kami cukup puas dengan penampilan itu. Hingga pada saat pengumuman kejuaraan, benar saja, kami menyabet juara pertama! Ini benar-benar untuk pertama kalinya kami menyandang gelar itu. Bahagia, iya, terharu, tentu, tapi ada yang lebih berat lagi. Yakni, kami harus mampu mempertahankan prestasi tersebut dan bahkan harus mempersembahkan yang lebih baik dari ini. Karena dalam hadist diakatakan “ Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin maka Ia beruntung, barang siapa yang hari ini sama dari kemarin maka ia merugi, da barangsiapa yang hari ini lebih jelek dari kemarin, maka ia dilaknat!”.
Berbekal komitmen yang kuat, serta kesungguhan yang kami tanamkan dalam diri, selanjutnya, setap perlombaan yang kami ikuti selalu berturut-turut menyandang sebagai juara pertama bahkan juara umum. Undangan dari sana-sini kembali berdatangan.
Salah satu penampilan El-Faiza di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tasikmalaya
Namun seiring waktu, para personil El-Faizapun berpencar menyusuri jalan kehidupannya masing-masing, ada yang berkuliah di luar Tasik, merantau dll. Hingga kami disudutkan pada satu pertanyaan, apakah El-faiza masih akan tetap menang? menang dalam kompetisi, berdakwah, dlsb?. Yang masih tinggal di pondok tinggal empat orang lagi. 2 vocalis, dan 2 musikus. Akhirnya saya hanya bisa bertawakkal dan kembali berserah diri pada Allah. Jika halnya El-Faiza memiliki peran yang kau ridhai dan sekiranya memberikan manfaat bagi orang banyak, maka ridhailah El-Faiza untuk tetap ada di tengah-tengah masyarakat.
Dan jawabannya? Seiring terus berdatangan undangan yang menginginkan El-Faiza yang tampil, lalu salah satu personil dituntut untuk menjadi pelatih bagi kader nasyid selanjutnya di pondok kami, dan sesekali sayapun menjadi juri pada perlombaan nasyid di pondok, akhirnya El-faizapun dengan sendirinya tetap kokoh dan hadir untuk menabur benih dakwah dengan nafas lagu islami. Meski kadang meminjam personil dari team nasyid lain yang ada di pondok, tidak menghambat setiap aktifitas kami. Bahkan dengan izin Allah, El-Faiza bisa lebih dikenal masyarakat luas dengan tiga personilnya (saya, nove dan ratna) menjadi penyiar di radio dkawah dalam acara mawadah( mari bersua di radio dakwah) dan rekaman single meski belum maksimal.
Saya adalah orang yang sangat percaya pada mimpi, tentu jika mimpi itu dibarengi dengan doa, usaha dan tawakkal. Dulu sekali saya berharap El-Faiza ini bisa menciptakan lagu sendiri dan bisa rekaman, kemudian menjadi salah satu team nasyid yang seluruhnya beranggotakan akhwat. Dengan begitu, kami ingin lebih luas lagi menyapa setiap manusia di muka bumi ini. Mengajak untuk bersyukur, Allah mengaruniai kita segala sesuatu untuk disyukuri dan digunakan sebaik mungkin. Seperti halnya Allah menganugrahkan kelebihan suara yang bisa dikatakan tidak fals, hehe pada kami, maka sepantasnya kami gunakan suara itu untuk kembali pada jalannya dan menggapai ridhanya, yakni salah satunya dengan senantiasa melantunkan shalawat, lagu bernafas islam dlsb.
Kadang ada yang nyeletuk bilang kami artis, sesungguhnya sangat tidak enak setiap kali mendengarnya. Sangat tidak ingin kami menjadi team nasyid yang komersial. Biarlah kami dikenal dari mulut ke mulut saja untuk dapat meneruskan estapeta perjuangan dakwah ini, daripada harus membuat satu sensasi agar bisa masuk tv, atau bahkan pindah aliran menjadi penyanyi pop lalu lepas kerudung dan semaamnya hanya demi mengejar popularitas, oh tidak! Untuk apa semua itu? Sungguh bukan itu tujuan El-Faiza. Dan kini, dengan kembali bertawakkal ‘alalloh, kami telah meniptakan beberapa lagu, yang semoga saja dapat diterima dengan baik, dan kami berazzam untuk rekaman, dengan izin Allah, ia kembali memudahkan jalan itu. Rizki dengan sendirinya datang atas kuasa Allah, alhamdulillah.
Bagi saya, inilah bukti betapa janji Allah selalu benar. Allah akan selalu mencintai hambanya yang mau berniat dan berbuat baik. Meski begitu, perjuangan dakwah El-Faizapun pastinya menjadi motivasi dan kontrol sendiri bagi para personilnya, untuk senantiasa berlaku sesuai dengan apa yang dilantunkan dalam setiap nyanyian. Inilah yang berat. Memang begitulah dakwah, jika kita bersungguh-sungguh dalam kebaikan, maka akan kita dapati kebathilan, tapi Allah selalu berjanji, pada akhirnya, kebaikanlah yang akan menang. Dari mulai harus menjaga sikap masing-masing karena bersandar pada firman Allah dalam surat Asshaf:3; “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”, kemudian terkadang orang mengolok-olok nasyid kampungan, tidak modern, atau bahkan teroris dsb. Namun kitapun tak boleh tingal diam, untuk melewati badai tentu kita harus berjalan, bukan malah terdiam. Maka, marilah kita semua terus bejuang dan berusaha untuk senantiasa menebar benih kebaikan di muka bumi, dan memerangi kemunkaran, terutama kemunkaran yang berasal dari hawa nafsu kita sendiri. Sungguh, Penduduk langit, bumi, bahkan ikan-ikan di lautan akan bershalawat untuk mendoakan orang yang berbuat kebaikan. Marilah menjadi orang baik dan menjadi seorang pemenang!
Galeri Foto El-Faiza:
Juara Umum se-priatim di Universitas Siliwangi |
Juara Pertama pada Giat Tangkas Pramuka II di UNSIL |
Juara Pertama pada Giat Tangkas Pramuka di UNSIL |
Pada acara pernikahan Ustadzah Daniyah |
Saat menjadi penyiar di Radio Dakwah Mesjid Agung |
Saat tampil apada acara pernikahan Ustadzah Yuli & Ustadz Nurrohman |
Juara Pertama & Umum Se-Priatim di Universitas Siliwangi |