IBU, MAHLUK APAKAH ITU?
Lena Sa'yati, Sekolah Tinggi Pesantren Terpadu (STPT) Tasikmalaya
lenasayati@gmail.com
SOSOK IBU
Parasnya lembut, matanya sayu, tangannya mengulurkan kasih tulus bahkan terasa saat Ia mengelus bahu kita, dalam hatinya bermuara kasih sayang abadi yang begitu kokoh. Bagaimana mungkin dalam situasi yang genting, seseorang mampu menghiraukan lainnya. Bagaimana mungkin saat kelopak matanya hendak terkatup, seseorang mampu untuk terjaga. Bagaimana mungkin saat kesibukannya menjelma, seseorang mampu meluangkan waktu untuk seseorang lainnya. Dan apakah mungkin saat dalam keadaan terjepit bahkan disertai kesedihan yang mendalam, seseorang mampu menjadi tegar demi seseorang lainnya. Sulit untuk di percaya, tapi sosok 'IBU' adalah jawaban tepat untuk semua ketidakmugkinan itu. Sekalipun Ia bukan dewa yang berkuasa, bukan penyihir yang dapat mengubah sesuatu dengan instan, bukan makhluk gaib yang bisa dengan mudah menghilang dari satu tempat ke tempat lain. Tapi dia adalah malaikat bagi anaknya. Ia adalah bidadari bagi suaminya. Dan dia adalah wanita shalehah bagi sesamanya. Melihat tangisan, Ia merangkul. Melihat jeritan, Ia mendekap. Melihat cacian, Ia menatap. Dan melihat hinaan, Ia bangkit! Ia begitu pengertian, sangat perhatian, siap mempertahankan kebenaran, serta sanggup membela yang hak, dan memerangi yang batil. Baginya keluarga adalah segalnya setelah Allah dan Rasulnya. Keharmonisan menjadi tolak ukur untuk mencapai satu tujuan, yaitu mardhotillah. Begitulah sosok Ibu yang sesungguhnya. Meski Ia hanyalah manusia biasa, tapi dengan bangga Allah memuliakannya dengan menjadikan sosok Ibu sebagai tolak ukur ridha yang diberikan Allah SWT. Bahkan dalam hadist diriwayatkan, ketika sahabat bertanya kepada Nabi siapakah yang harus pertama kali Ia muliakan, Nabi menjawab Ibu tiga kali berturut-turut hingga keempat kalinya baru menjawab Ayah. Semulia itukah kedudukan seorang Ibu dihadapan Nabi? tentu! karena sosok Ibu mampu memecah ketidakmungkinan menjadi kemungkinan yag menakjubkan!
SOSOK IBU BERAGAM JENISNYA
Mengetahui seharusnya sosok Ibu adalah yang mampu menjadikan ketidakmungkinan menjadi sebuah kepastian yang meyakinkan, lalu bagaimana dengan sosok Ibu yang kerap muncul di TV dengan seabreg kasus-kasusnya. Dari mulai kasus menjual anaknya, sampai tega membunuh anak dan suaminya sendiri. Ibu yang satu ini terlihat begitu sadis dan kejam. Pertanyaannya, mengapa si Ibu sampai melakukan hal senista itu? kemungkinan terbesar adalah bahwasanya si Ibu menderita depresi berat. Depresi akibat sejuta batu rintangan yang harus dihadapinya terasa sangat berat, sehingga menyebabkan akal dan jiwanya hilang kendali. Ada lagi sosok Ibu yang memilih menjadi wanita karir yang ujung-ujungnya malah membengkalaikan keluarga demi sebuah karir yang dirintisnya. Ibu yang satu ini tentu memilih jalan tersebut karena merasa memiliki potensi yang harus dieksplor dan dikembangkan. Dan dengan bangganya Ia merasa dirinya sudah bisa menghidupi keluarga, sehingga tidak ada lagi rasa hormat terhadap suaminya. Tentu hal tersebut akan memicu percekcokan diantara keduanya, yang pada akhirnya hanya akan menghasilkan sebuah perceraian, dan anaklah yang kemudian menjadi korban.Kemudian satu lagi sosok Ibu yang kerap kita temui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sosok Ibu yang so' bersikap ABG. Dandanannya menor, pakaiannya bahkan serupa dengan putrinya, logat bicaranya gaul layaknya remaja, dan yang paling miris, sikap keibuan yang harusnya dapat tertanam dalam sosok Ibu saat mendidik anak-anaknya, berganti menjadi sikap kekanak-kanakan yang dibuat-buat. Entah apa maunya sosok Ibu satu ini, apakah karena dia merasa kurang puas dengan masa remajanya? ataukah dia tidak mau kalah gaul dengan anaknya? atau justru itu adalah sikap batiniyah yang sudah bercokol dalam jiwanya, sehingga sulit sekali untuk dirubah? entahlah. Namun dari kesekian ragam sosok Ibu yang mencengangkan itu, adapula sosok Ibu yang benar-benar mengagumkan. Selain rutin mengikuti pengajian, Ibu yang satu ini juga produktif sekali dalam menulis. Ia menulis apa saja yang dilihatnya, meski lebih banyak tulisannya cenderung ke parenting. Namun Ibu ini sangat telaten dalam mengurus keluarga. Hormat terhadap suami, dan sayang terhadap anak. Sikapnya lembut, penuh perhatian dan penyabar. Terbuka terhadap sesama anggota keluarga, dan jujur. Meski kerap muncul masalah-masalah kecil dalam rumahtangga, tapi Ia selalu berhasil mengatasinya dengan sikap bijak keibuannya. Sekarang, tentu sulit sekali menemukan sosok Ibu yang satu ini, tapi ini bukan berarti mustahil. Segalanya bisa dimulai dari sekarang dengan kemauan yang besar.
DIBALIK KESUKSESAN, ADA SOSOK IBU YANG MENGAGUMKAN
Melihat Bapak presiden yang begitu berwibawa dengan jas kebesarannya, lalu maju kedepan podium untuk memberikan pidato dihadapan ratusan orang dengan disambut tepuk tangan meriah, tentu sangat sulit dipercaya kalau dulunya Iapun sama seperti anak-anak balita yang menyusu pada Ibunya. Pidatonya dulu adalah jeritan tangis yang hanya bisa diam kalau ditimang Ibunya. Tubuh tegapnya dulu adalah badan mungilnya yang setiap pagi dimandikan Ibunya dengan air hangat. Titahnya dulu adalah gumaman dimalam hari saat popoknya basah sehingga memaksa Ibunya untuk terjaga dari lelap dan dengan sabar menggantikan popoknya lalu kembali menidurkannya. Pula jas yang membuatnya semakin berwibawa itu, dulu adalah kain pernel dan selimut hangat yang mebungkus badan mungilnya. Bukan hanya Bapak Presiden, Mentri, Pejabat, Wartawan, Artis, Da'i, Penjahit, Koki, Nelayan bahkan seorang Nabipun ya dulunya seperti itu. Dibalik kesuksesannya pasti ada sosok Ibu yang mengagumkan, tegar, mampu membuat anaknya membawa mimpi menjadi nyata, bahkan meski terkadang malah cacian yang diterima dari sang anak, Ibu tetap tersenyum. Sepahit apapun itu, jika memang itu bisa membuat anaknya berhasil, maka Ibu akan tetap tersenyum. Menakjubkan, bukan?
Tapi ternyata tak sedikit diantara kita yang justru memilih untuk berpihak pada Malin Kundang, anak durhaka yang lupa akan pengorbanan Ibunya setelah berhasil mencapai kesuksesan. Ia berseru, seakan kita tak mendengarnya. Ia meminta tolong, seakan kita menjadi orang tersibuk sedunia. Ia tersenyum, kita berpaling. Bahkan Ia jatuh sakit, kita acuh. Barulah tibanya Ia berhenti menghela nafas, kita baru menyadari akan semua kebodohan itu. Ironis, sungguh memalukan. Bukankah kita ada, karena perantara seorang Ibu? Kita bisa tumbuh berkembang, karena didikan seorang Ibu? Kita bisa berhasil, tak lain karena kuatnya do'a seorang Ibu! Nyaris tak ada Ibu yang sama sekali enggan mendoakan keberhasilan anaknya, sejelek dan sejahat apapun Ia.
BALASAN APA YANG PANTAS UNTUKNYA?
Jika diselami makna sebenarnya dari setiap pengorbanan seorang Ibu, tentu kita akan berfikir, begitu besar rasa cintanya itu kepada anaknya. Lantas balasan apa yang akan kita berikan kepadanya?
Salah satu sahabat saya memiliki seorang Ibu yang care luar biasa pada anaknya. Bukan pengertian dari segi pendidikan dan materi saja, namun Ibunya juga sangat peduli terhadap pergaulan dan keseharian anaknya, tanpa harus mengekang apa mau si anak. Suatu hari anaknya sangat terpuruk karena dijauhi teman-temannya lantaran Ia menderita penyakit kulit menular. Sampai beberapa hari Ia tak mau masuk kelas, tapi si Ibu dengan sabar menemani hari-harinya, membersihkan luka ditubuhnya, mengingatkan si anak untuk tidak lupa meminum obat, dan bahkan Ia lebih pengertian dibanding semua sahabat terdekat si anak, dengan selalu setia mendengarkan keluh kesah kehidupan yang anaknya jalani, dan tentu dibarengi pemberian nasihat dan proses pemecahan masalah. Saking merasa sangat terharu terhadap perhatian dan pengorbanan yang diberikan si Ibu, sampai-sampai si anak berkata, " Ibu, kalau aku sukses nanti, Ibu yang akan pertamakali aku cium tangannya, Ibu yang akan aku ucapkan terimakasih sebesar-besarnya setelah Allah yang maha kuasa. Ibu tinggal bilang, Ibu mau apapun kelak selagi aku bisa, aku pasti akan mengabulkannya." Begitu tulus kata-kata itu terucap dari bibir si anak. Namun Ibu hanya tersenyum getir mendengarnya, bahkan Ibu malah sedikit abai. Dengan tenang si Ibu berkata, " Nak, Ibu tak perlu apapun dari kamu, rumah, harta, kedudukan, Ibu tak butuh semua itu. Melihat kamu bisa tegar, mandiri, dan menjadi orang jujur saja Ibu sudah bahagia luar biasa. Dan Ibu akan lebih bangga lagi, kalau kamu bisa terus mencintai Ibu sampai akhir nanti." Begitu mengharukan perkataan si Ibu hingga membuat anaknya seketika mengurai air mata dan terjatuh kembali dipelukan Ibunya. Dari kisah itu, kita tahu bahwa Ibu, dengan segala kasih dan sayangnya, bukan hanya sekedar Ibu yang mengurusi kehidupan rumah tangga. Tapi bahkan seorang Ibu sebenarnya bisa dijadikan sahabat terdekat kita. Maka tak sepantasnya kita lupa kepadanya, abai dan seakan tak memiliki sosok seorang Ibu. Sebenarnya apa susahnya bagi kita untuk sekedar membuatnya tersenyum.Seorang Ibu tak menuntut banyak dari anaknya, Ia tak butuh materi, jabatan, ataupun rumah mewah. Yang Ia butuhkan justru sikap timbal balik dari kita yang setidaknya mampu untuk sekedar membuatnya tersenyum. Ia hanya membutuhkan ketulusan dan kejujuran dari kita, adapun materi dan sebagainya itu memag sudah sepantasnya kita berikan kepada beliau. Kalaupun memang ada sosok Ibu yang tidak bertanggung jawab terhadap anaknya, tapi tetap kita wajib memuliakannya. Walau bagaimanapun, tanpa perantara Ibu kita tak akan ada. Maka tak berlebihan jika semua pengorbanan dan kasih tulusnya diabadikan dalam sebuah momen besar yang kita menyebutnya dengan "Hari Ibu". Karena Ia memang mulia, Ia berjasa terhadap jutaan anak di dunia, Ia menyumbangkan refleksi sifat kepahlawanan dalam diri para wanita di dunia. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam memperingati momen hari Ibu ini, seperti berlomba membuat puisi tentang Ibu, atau dengan mengadakan seminar-seminar bagi para Ibu. Diharapkan dengan begitu, akan lebih banyak lagi sosok Ibu yang menginspirasi atas pengorbanan dan sumbangsihnya terutama di dunia wanita yang semoga akan lebih mengagumkan.
Afganistan Room, Taman Ilmu
21 November 2010
06.30
Home / Archive for November 2010
Ibu, Tak Tergantikan, Tak Terbandingkan
Langganan:
Postingan
(
Atom
)